Monday, April 9, 2007

Horor IPDN (1)

Cangkem Turah Pejabat IPDN
Plintat-Plintut Soal Kematian Siswanya


IPDN gonjang-ganjing lagi. Sekolah yang dulu bernama STPDN ini kembali menuai masalah soal kematian siswanya. Clif Muntu, siswa IPDN asal Sulawesi Utara meninggal akibat dipukuli oleh kakak angkatannya. Berarti, kasus ini menambah panjang daftar siswa meninggal di sekolah tersebut.

Nah, yang menarik dari kasus terbaru kemarin adalah upaya pejabat IPDN menutup-nutupi penyebab kematian Clif Muntu. Pertama, juru bicara IPDN dengan gagah-berani menyatakan penyebab kematian siswanya akibat penyakit lever. Untung saja media massa tidak begitu saja percaya dengan penjelesan ini. Mereka terus memblow up soal ini dengan memanfaatkan keterangan Inu Kencana, dosen yang membuka kasus kekerasan di IPDN. Polisi pun akhirnya menemukan titik terang bahwa ada unsur kekerasan dalam kasus ini.

Pihak IPDN akhirnya mengeluarkan pernyataan kedua. Kali ini Rektor IPDN I Nyoman Soemaryadi menyatakan pihaknya kecolongan atas kejadian ini. Pihak IPDN menganggap ini adalah kesalahan oknum siswa bukan kesalahan institusi. Sang rektor membuktikan anggapannya dengan memecat siswa yang dijadikan tersangka oleh polisi.

Media massa, sekali lagi tidak terkecoh oleh upaya kehumasan pihak IPDN melokalisir isu. Mereka kembali memblow-up kasus ini dengan memposisikan Clif Muntu dan siswa yang dipecat sama-sama sebagai korban. Keluarga siswa yang dipecat mulai diberi tempat untuk menyampaikan uneg-unegnya melalui media. Isu besar yang muncul pun beralih ke pertanyaan tentang system pendidikan di IPDN. Malah beberapa pihak mulai memunculkan wacana pembubaran IPDN.

Kini, pihak IPDN memunculkan upaya ketiganya dengan memberikan sanksi kepada Inu Kencana. Dosen ini dianggap terlalu “ember” membuka kasus IPDN keluar. Kini sang dosen tidak diperbolehkan mengajajar karena harus menghadapi tim pemeriksa internal Depdagri.

Aku tidak tahu sejauhmana upaya ini mampu mengalihkan isu IPDN yang sudah menggelinding kayak bola salju. Presiden SBY saja sudah berjanji untuk melakukan perubahan fundamental dalam tubuh IPDN. Semoga aja media tidak termakan dengan upaya kehumasan pihak IPDN.

Tapi yang jelas, pimpinan IPDN sudah plintat-plintut soal kasus ini. Kita kemudian dapat mempertanyakan pimpinan macam apa yang justru berusaha menutup-nutupi kekerasan yang menimpa siswanya? Apa yang mereka rasakan ketika mengatakan siswanya sakit liver padahal dia meregang nyawa akibat pukulan dan tendangannya? Ketika kemudian upaya itu gagal, mereka malah tega mengorbankan anak didiknya? Kita dapat menilai lulusan macam apa yang dihasilkan oleh pengajar yang mempunyai perilaku seperti itu. Beruntung, media kita masih tidak bosan untuk mengungkap kasus ini.


Cangkem Turahe Faisol
UK, 9 April 2007
11.02 WIB
Geregetan baca berita IPDN

No comments: