Mungkinkah PR Berpihak Pada Wong Cilik?
“Seorang iblis pun dapat mereka poles menjadi seorang malaikat, minimal iblis yang separo malaikat”
Ungkapan itu pertama kali diucapkan oleh tetangga baruku untuki menggambarkan kedahsyatan profesinya. Tampaknya dia ingin tetangganya yang sekarang tahu bahwa profesi yang dia jalankan bukanlah main-main. Memang, ketika pertama kali dia menjelaskan pekerjaannya sebagai seorang Public Relations (PR), beberapa orang langsung terbayang dengan pekerjaan kliping Koran, menemani tamu, mengatur tetek bengek protokoler bosnya.
Dia sendiri tidak menyalahkan semua yang dbayangkan orang-orang tersebut. Menurutnya itulah realitas image orang tentang PR. Dan lagi, sebagian besar perusahaan di Indonesia masih memperkerjakan PR-nya seperti itu. Padahal secara teori PR jauh lebih besar dari itu.
Menurutnya PR merupakan sebuah fungsi manajerial yang berguna untuk memberikan pemahaman tentang kebijakan yang diambil kepada khalayak. PR lah yang akan menentukan reputasi sebuah organisasi atau seorang public figure di mata publik. PR yang baik mampu membangun reputasi organisasi sehingga ketika ada persoalan yang menimpa organisasi, publik tidak serta-merta memberikan label negatif. PR ibaratnya harus melakukan segala macam cara untuk menjamin bagusnya pandangan masyarakat terhadap organisasi. Ya, seperti ungkapan di awal tulisan ini, PR harus mampu merubah iblis agar terlihat seperti malaikat.
Memang kalau dipikir-pikir dahsyat betul pekerjaan seorang PR itu. Mereka harus selau siap menjaga image organisasi dalam kondisi apapun. Ooo, itu ternyata alasan Panglima TNI segera menyatakan permintaan maaf kepada masyarakat segera sesudah peristiwa penembakan oleh Marinir di Pasuruan. Itupun masih disertai catatan reformasi TNI tercemar oleh peristiwa ini. Padahal saat itu Komandan Marinir bersikukuh anak buahnya hanya membela diri.
Panglima TNI tampaknya tahu, pembelaan sekeras apapun akan percuma. Publik pasti akan berpihak pada korban tak bersenjata. Lebih baik dia meminta maaf dulu untuk meredakan kemarahan publik. Baru setelah itu TNI akan berusaha mendesakkan kebenaran kejadian mereka versi mereka lewat media massa. Entah berhasil atau tidak, sekarang marinir pelaku penembakan itu malah menggugat masyarakat yang dia tembaki dengan alasan melakukan penganiayaan.
Mungkin PR juga yang memberi masukan pada Presiden SBY untuk menggelar konferensi pers menanggapi tuduhan Amien Rais. Presiden SBY, menganggap tuduhan Amien Rais bahwa dirinya ikut menerima dana korupsinya Rokhmin Dahuri sebagai sebuah fitnah yang kejam. Mungkin pertimbangan PR pula yang mendorong Presiden SBY tidak mengakui Blora Center dan Munawar Fuad Nuh sebagai tim suksesnya.
Aku bergumam rendah, “untuk kasus ini, PR SBY tampaknya telah berbuat bkunder”. Aku mengacu pada pemberitaan media yang justru menjadikan SBY sebagai bulan-bulanan. SBY malah terkesan defensif dan menutupi kesalahan. Tindakan tidak mengakui Blora Center sebagai tim sukses dapat menjadi bumerang. Jika kita rajin membuka kliping koran 2004, kita dengan mudah tahu lembaga ini adalah pendukung SBY nomor wahid.
Memang, tak berlebihan ungkapan tetanggaku soal PR ini. Tapi aku pikir PR ini kok hanya loyal pada organisasi atau orang yang membayarnya. Kalau meminjam slogan partainya Gus Dur, PR “maju tak gentar membela yang bayar”. Siapapun orangnya jika mampu bayar PR maka dia akan bisa memoles diri seperti yang diinginkan. Jika demikian, mungkinkah rakyat kecil dapat menggunakan jasa PR untuk membantunya menguasai opini publik?
Jika menilik penjelasan tadi, PR nampaknya berada di tengah-tengah antara organisasi dan masyarakat. PR harus menjadi jembatan yang menghubungkan organisasi dengan masyarakat. Tapi mungkinkah itu terjadi? Bisakah PR TNI memihak pada kepentingan masyarakat Alas Telogo meski itu akan mengorbankan marinir? Atau jika dihadapkan pada dua pilihan, kepentingan masyarakat dan kepentingan organisasi, ke arah mana pendulum PR bergerak?
Hanya PR lah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi aku belum menemukan contoh PR yang mengorbankan kepentingan organisasinya demi kepentingan masyarakat. Apalagi kepentingan masyarakat kecil. Entah kalau memang ada.
Cangkem Turahe Faisol
Utan Kayu, 11 Juni 2007
17.30 WIB
AF
Monday, June 11, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Wah mo komentar nieh pak. mungkin PR membela orang2 yang memiliki duit berlebih. dan tidak bisa memihak rakyat kecil. tapi kan ada orang komunikasi seperti bapak bisa menjadi pertahanan dan pembela rakyat kecil.
Post a Comment