Monday, June 11, 2007

Surat Untuk Presiden SBY

Dimana Pesonamu Dulu?

Bapak Presiden Yth,
Salam hormat untukmu Pak Presiden. Ijinkanlah wargamu ini menumpahkan uneg-uneg buatmu. Uneg-uneg yang menggumpal di dadaku beberapa minggu ini jika melihat berita media massa tentangmu.

Presiden SBY Yth,
Dua minggu ini kau telah menjadi bulan-bulanan media massa. Mulai dari konferensi pers-mu ketika “menyerang” Amien Rais yang kau anggap memfitnahmu hingga polemikmu soal interpelasi DPR.

Pak SBY,
Aku ingin memanggilmu demikian biar ada keakraban antara rakyat dengan presidennya. Aku tidak tahu apakah kau merasa media massa telah menjadikanmu sasaran tembak dua bulan ini? Entah kau merasa atau tidak. Aku justru ingin bertanya padamu, strategi komunikasi apa yang dimainkan tim komunikasimu hingga membuatmu seperti ini? Taktik komunikasi apa yang kau mainkan haingga kau begitu suka bersilat lidah, menari-nari diantara prosedur hukum?

Pak SBY,
Itulah yang aku rasakan jika melihat konferensi pers soal Amien Rais dan interpelasi DPR. Saat menyerang Amien Rais kau menyatakan Blora Center dan Munawar Fuad Noeh bukanlah tim suksesmu saat pemilihan presiden 2004 lalu. Secara hukum kau benar Pak Presiden. Mereka tidak pernah terdaftar di KPU. Soal interpelasi pun demiakian. Kau hanya sibuk membahas boleh tidaknya jawabanmu disampaikan pembantumuatau tidak.Secara hukum pun kau juga benar, sebab tata tertib DPR memungkinkan jawabanmu diwakili.

Mr President,
Apakah kau cukup hanya benar secara prosedur hukum? Apakah kau menganggap rakyatmu begitu bodoh taka tahu substansi persoalan yangkau sampaikan? Kau salah Mr. President. Rakyatmu tahu siapa Blora Center dan Munawar Fuad Nuh. Terlebih membuka berita pemilu 2004 sekarang semudah membalik telapak tangan dengan pertolongan Mr. Google. Kau telah menanam bibit kebohongan. Aku tidak tahu apakah itu akan kau tuai saat Pemilu 2009 nanti.

Mr. President,
Terus terang aku heran dengan perubahan sikapmu itu. Dulu, kau begitu menawan media sehingga mereka berlomba-lomba menjadikanmu sebagai orang paling pantas memimpin negeri ini. Aku kagum dengan tim komunikasimu yang mampu menyulapmu sebagai sosok yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia. Saat Darurat Militer di Aceh kau tampil ke depan melebihi presidenmu sendiri. Rakyat pun terkagum-kagum dan mengatakan inilah pemimpinku.

Pak SBY,
Tapi kini, kau begitu mudahnya mengelakdari kritik hanya dengan berlindung prosedur hukum tanpa menyentuh substansi persoalan. Kau telah begitu tega mengorbankan tim suksesmu hanya gara-gara kau tidak mau bertanggungjawab atas perbuatan yang mereka lakukan. Padahal mereka berbuat itu untuk menyokongmu. Lalu dimana karaktermu sebagai pemimpin yang menonjol menjelang 2004 yang lalu? Jangan-jangan benar kata orang, kau hanya tebar pesona.

Pak SBY,
Juru bicaramu, Andi Mallarangeng selalu mengajak PDI-P untuk tidak menerapkan standar ganda soal interpelasi. Rupanya melalui juru bicaramu itu, kau ingin berpesan Megawati pernah menyuruhmu mewakili menjawab interpelasi DPR. Aku jadi heran, kenapa kau kok cengeng dan suka merajuk seperti itu. Kalau kau ingin diperlakukan sama dengan Megawati, lalu apa bedanya kau dengan pendahulumu itu. Dimana letak keunggulanmu dibanding Megawati sehingga rakyat tidak salah memilihmu 2004 yang lalu? Di sini aku jadi berpikir jangan-jangan Taufik Kiemas benar ketika menyebutmu Jenderal Taman Kanak-Kanak?

Mr. President,
Kau boleh berbangga, survey orang kepercayaanmu masih menempatkan kau sebagai calon presiden terkuat dalam pemilu 2009 nanti. Tapi aku juga ingin mengingatkan perlawanan kepadamu semakin keras. DPR yang biasanya kau jinakkan, kini telah berani menolak kedatangan tujuh pembantumu. Media yang dulu menjadi penyokong utamamu kini telah menjadaikanmu bulan-bulanan sebulan terakhir ini.

Pak SBY,
Perbaikilah komunikasimu dengan media. Mereka telah “enjoy” menghajarmu. Ingat, media lah yang telah mengangkatmu jadi presiden. Jika mereka telah menghajarmu, rakyatmu pun akan berpikiran lain. Pak Presiden, rakyatmu sampai saat ini menjadikan media sebagai sumber informasi utama.

Pak SBY,
Itulah uneg-unegku, terserah kau dengar apa tidak.

Cangkem Turahe Faisol
Utan Kayu, 11 Juni 2007
7.45 WIB
AF