Thursday, May 24, 2007

Heboh Pernyataan Amien Rais

Kejujuran atau Keluguankah?


Tidak seperti biasanya, Cak Pa’i nampak tak sabar ingin membuka majelis reboan ba’da pengajian rutin yang disampaikan Gus Isol. Kelihatannya dia memendam sesuatu yang ingin segera didiskusikan dengan jamaah lainnya. Begitu Gus Isol menutup ceremahnya, Cak Pa’i sudah melingkar dengan Kang Dul, Pak Guru Wanto dan yang lainnya. Gus Isol pun ikut nimbrung tak lam kemudian.

“Wah Gus, milih tema pengajiannya kok pas sekali dengan berita ayang sedang aktual di media. Soal kejujuran kan sedang heboh gara-gara pernyataan Pak Amien Rais yang mengakui kalau dirinya menerima dana dari Rokhmin Dahuri sebesar 200 juta rupiah. Kayaknya malam ini sengaja milih tema itu ya Gus”, Cak Pa’i membuka obrolan.

“Iyo Cak, aku memang sengaja milih tema itu karena baru sadar ternyata namanya kejujuran tidak pernah menjadi budaya bangsa kita. La wong Pak Amien Rais ngakui kalau dia nerima dana dari Rokhmin yang ternyata dari Departemen Kelautan dan Perikanan kita semua jadi kaget. Itu kan membuktikan kalau kita semua ini tidak pernah jujur kan?”, jawab Gus Isol.

“Leres Gus, kedahe kita memberikan apresiasi kepada Pak Amien yang mau mengakui kesalahannya. Beliau kan sudah bilang kalau khilaf dan siap untuk dihukum”, tambah Kang Dul.

“Iki tambah siji meneh bukti yen kejujuran tidak pernah menjadi budaya kita. Ada orang jujur kita apresiasi. Artinya kan kita itu tidak pernah mengetahui ada orang jujur di negeri ini. Kita beranggapan semuanya hanya bohong belaka. Makanya ketika ada satu yang blak-blakan apa adanya kita berebut mengapresiasinya. Seakan-akan baru pertama kali ini ada orang jujur diantara kita”, Gus Isol menukas.

“Kalau diantara politisi kan emang gitu Gus. Image politisi itu kan identik dengan kebohongan di negara kita. Lengkap dengan pernyataan dunia politik itu kotor. Iwan Fals menambahkan kalau politik itu kejam. Ini ada politisi kok ngomong apa adanya. Masyarakat kan harusnya mengapresiasi”, Kang Khamid ikut nimbrung.

“Kampanye..kampanye...kampanye”, celetuk jamaah yang lain.

Kang Khamid memang menjadi tim suksesnya Pak Amien saat pemilihan presiden 2004 lalu. Pantas saja jamaah lain menganggapnya kampanye mempromosikan Pak Amien.

“Ini satu lagi bukti kalau kejujuran tidak pernah menjadi budaya kita. Dunia politik yang menurut Arendt harusnya menjadi tempat kita membicarakan persoalan bersama ternyata diisi dengan kebohongan. Pasti dunia politik kita juga mengijinkan adanya penipuan, penikaman, manipulasi dan sederet perbuatan tidak baik lainnya”, Gus Isol menjawab.

Mantap juga kyai kita satu ini. Tidak mau kalah dengan mahasiswa dia mengutip Hannah Arendt, filsuf perempuan dari Jerman. Arendt memang membagi dunia menjadi dunia politik dan dunia ekonomi. Politik harus menjadi ruang bersama dimana muncul sikap saling menghargai satu sama lain dilandasi oleh kejujuran dan kebaikan bersama. Sementara dunia ekonomi merupakan dunia privat yang mengijinkan kita “melampiaskan nafsu kebinatangan kita” termasuk menyakiti orang lain. Menumpuk harta menjadi diijinkan karenatermasuk ranah pribadi kita.

“Iya Gus, wong ada sebagian orang yang menganggap Pak Amien itu lugu. Wong yang lain semua membantah, kok malah dia sendiri yang mengakui”, cetus Pak Guru Wanto.

“Itulah Pak Guru, mengapa negara kita tidak pernah bisa memberikan kebaikan kepada masyarakatnya. Ternyata selama 60 tahun negara Indonesia ada tidak pernah yang namanya dilandasi kejujuran. Padahal kalau dalam Islam, kejujuran merupakan pondasi kemanusiaan dalam kaitannya sebagai seorang manusia, bagian dari masyarakat atau menjadi warga negara. Imam Ali Bin Abi Tholib yang menantu Nabi pernah mengatakan lebih baik kamu menjadi kafir daripada menjadi orang yang tidak jujur. Kalau demikian kan, kita semua ini derajatnya lebih rendah daripada orang kafir. Iya kan? Wong budaya kita adalah budaya ketidakjujuran.” Tambah Gus Isol.

“Lalu kasus Pak Amien menurut Gus Isol bagaimana?”, Cak Pa’i meminta pendapat Gus Isol.

“Bagaimana apanya Cak?” Gus Isol balik bertanya.

“Pak Amien jujur nggak Gus?” Cak Pa’i kembali bertanya.

“Ya nggak tahu. Kalau melihat track recordnya Pak Amien sangat mungkin dia jujur. Tapi kenyataannya yang lain membantah pernah menerima dana itu meski ikut disebut namanya. Semuanya nggak jelas. Bisa saja yang menerima Cuma Pak Amien, yang lain memang tidak menerima. Atau memang hanya Pak Amien yang mau jujur, yang lain berbohong semua. Pokoknya nggak jelas lah” jawab Gus Isol.

“Kok gitu Gus. Kebenaran kan cuma satu. Kalau Pak Amien jujur ya yang lain kan bohong”, Kang Khamid ikut bingung.

“Kang, kita itu kan sumber informasinya media. Malah itu menjadi satu-satunya sumber informasi kita. Kalau kita baca koran, nonton TV, atau dengerin radio, kita bisa tahu nggak yang jujur mana, yang bohong mana. Kalau aku tidak tahu. La sekarang Pak Amien ngaku, besok SBY membantah, Jusuf Kalla malah nyalahin akuntan, Wiranto bersumpah tidak menerima, Kyai Hasyim Muzadi bilang tidak menerima. Kyai lo ini yang bilang. Terus yang benar yang mana. Apa benar semuanya. Mungkin saja. Tapi catatan Rokhmin Dahuri mereka ikut menerima.” Gus Isol menjelaskan.

“Menurut Gus Isol harus gimana?” Pak Guru Wanto ikut bertanya.

“Ya harus dibuktikan siapa yang jujur siapa yang berbohong. Masalahnya kalau dibiarkan seperti ini ya tidak menumbuhkan budaya jujur di bangsa ini. Semakin banyak pula hal yang tidak pernah di jelas di Indonesia. Pembantaian tahun 1965, peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Talangsari, Peristiwa 98, pembunuhan Munir sampai sekarang masih gelap. Jika kasus ini tidak terbuka ya lengkap sudah tidak adanya ketidakjujuran di Indonesia. Soalnya ini sudah menyangkut pemimpin”

Gus Isol kemudian manmbahkan, “aku tidak tahu caranya seperti apa. Tapi yang jelas media massa harus menginvestigasi kasus ini. Mereka harus menelusuri pendanaan calon presiden. Caranya gimana ya nggak tahu, wong aku bukan wartawan kok. Mungkin mereka bisa menelusuri data-data di Komisi Pemilihan Umum (KPU).”

“Kira-kira berhasil nggak sih Gus. Saya kok sangsi. Pasti sekarang tim sukses pemimpin itu sibuk menyembunyikan atau memoles data yang mereka punya biar kelihatan bagus”, Cak Pa’i urun rembug.

“Kepastian kan hanya milik Allah, kalau manusia ya may, may be yes may be no. Kayak iklan itu” pungkas Gus Isol.

“ha haha” Tawa mereka mengakhiri majelis dengan penuh tanda tanya.

Cangkem Turahe Faisol
Utan Kayu, 24 Mei 2007
4.00 WIB]
Hore AC Milan Menang

No comments: