Monday, March 12, 2007

Cangkem Turah Agung Laksono

Detik.com Memuat Cangkem Turah Agung Laksono
Ketika Ngomentari Kecelakaan Garuda

Rabu, 7 Maret 2006 jam 7 pagi, pesawat Garuda mengalami kecelakaan di Yogyakarta. Seluruh media, terutama media elektronik dan media online memberitakan kejadian tersebut secara real time. Ketika membaca detik.com ada satu berita yang cukup mebuatku tergelitik. Berita yang dimuat jam 11.34 itu berisi pernyataan Agung Laksno soal kecelakaan tersebut. Agung menyatakan peristiwa kecelakaan pesawat Garuda Indonesia di Yogyakarta membuktikan teori tarif murah menyebabkan banyak kecelakaan tak terbukti.

Mengapa pernyataan tersebut membuatku tergelitik? Itu adalah pernyataan pejabat publik yang kedua pasca kecelakaan. Pernyataan pertama disampaikan Sri Sultan Hamengkubuwono X tentang jumlah korban selamat. Cukup menarik, Agung Laksono tergopoh-gopoh membuat jumpa pers dan mengkaitkan pernyataannya dengan tarif murah. Kita tentu dengan mudah menghubungkannya dengan keberadaan Agung dan maskapainya Adam Air.

Sebelum kecelakaan Garuda, dunia penerbangan kita diisi oleh rentetan kecelakaan pesawat Adam Air. Awal januari 2007, pesawat Adam Air jurusan Surabaya-Menado hilang tak ketahuan rimbanya sampai sekarang. Nasib seluruh penumpangnya pun tak jelas sampai kini. Memang, tim SAR mengklaim telah mendeteksi keberadaan kotak hitam (black box) pesawat itu di palung laut Majene. Tapi itu tidak membuat keberadaan penumpang Adam Air menjadi jelas. Apakah mereka semua meninggal atau tidak.

Tak lama kemudian, Adam Air jurusan Jakarta-Surabaya juga mengalami keretakan body. Sama seperti kecelakaan sebelumnya, kasus ini juga tidak pernah diselidiki secara tuntas. Kita tidak pernah tahu bagaimana penyelesaian kasus tersebut. Yang jelas, kasus kecelakaan Adam Air tersebut menyeret nama sang ketua DPR yang disebut-sebut sebagai komisaris. Saat itu, ditengarai Adam Air mengabaikan aspek keselamatan penerbangan demi mengejar harga tiket yang murah. Tak mengherankan ketika Garuda, harga tiketnya mahal, mengalami kecelakaan, Agung menemukan momentum membela diri. Dia seolah berkata, “iki lo sing larang juga kecelakaan, ojo nyalahne sing murah thok (Ini lo, yang mahal aja juga kecelakaan, jangan nyalahin yang murah saja).”

Sebenarnya nggak ada yang salah jika Agung Laksono mau membela diri. Tapi pernyataannya itu benar-benar asal bunyi (cangkem turah). Pertama, bagaimana mungkin dia langsung bisa mengaitkan kecelakaan Garuda dengan masalah tarif murah. Padahal sesuai aturan, yang berwenang menetapkan penyebab kecelakaan adalah Komisi Nasional Untuk Keselamatan Transportasi (KNKT). Saat Agung mengeluarkan pernyataan, KNKT masih menyelediki penyebab kecelakaan.

Kedua, pernyataan Agung juga dapat menjadi penyesatan informasi bagi publik. Seolah-olah, tidak ada hubungan kecelakaan pesawat sama tarif murah. Memang konsep tarif murah itu adalah kemampuan maskapai menekan komponen biaya operasional tanpa mengorbankan komponen keselamatan. Tapi, di Indonesia tidak pernah ada audit terhadap maskapai penerbangan yang menerapkan kosnep tarif murah itu tadi. Termasuk Adam Air. Pemerintah pun tidak pernah menyatakan bahwa maskapai penerbangan dengan tarif murah tidak mengabaikan komponen keselamatan penumpang. Kecuali, cangkem turah para pejabat ketika ada kecelakaan (ya kaya’ agung Laksono itu).

Ketiga, sebagai pejabat publik, apa yang dilakukan Agung benar-benar tidak etis. Bagaimana mungkin ketika semua orang memusatkan perhatian kepada upaya evakuasi korban, Agung Laksono sudah berfikir untuk kepentingannya. Apakah itu menunjukkan mentalitas pejabat kita yang selalu mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya? Jika iya, tak mengherankan jika apa yang mereka katakan semua adalah cangkem turah alias asong (asal ngomong).

Keempat, detik.com ya kok kurang kerjaan memuat pernyataan itu. Memang karakteristik media online sangat mementingkan kecepatan. Tapi kan bisa juga mereka membuat filter atas berita yang akan mereka munculkan. Ngapain omongan Agung Laksono yang asal bunyi ditampilkan. Apa detik.com pernah berfikir bagaimana perasaan keluarga korban Garuda dan keluarga penumpang Adam Air yang tidak diketahui rimbanya hingga kini? Mengapa detik.com tidak menyoroti ketidaktransparanan hasil penyelidikan terhadap kasus kecelakaan Adam Air?

Jakarta, 12 Maret 2006
12.30 WIB
Cangkeme Faisol
"sunyi dalam ramai"

No comments: